Salafiyah(bahasa Arab: سلفية ), juga disebut Salafi dan Salafisme, adalah gerakan reformasi di dalam Islam Sunni. Nama ini diambil dari anjuran untuk kembali ke pemahaman leluhur (), tiga generasi awal Muslim yang mengetahui ajaran Islam yang murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan.Generasi-generasi itu termasuk Nabi Islam Muhammad dan para sahabat yangJika anda bertanya-tanya, mana yang lebih baik antara Salafi, Wahabi, Aswaja, Suni & Syiah, saya telah jelaskan masing-masing aqidah dari kelompok Islam diatas Baca Apa & Siapa itu Sunni, Syiah, Salafi, Wahabi dan Aswaja?. Sebenarnya masih ada banyak lagi kelompok dalam Islam, tapi manakah yang terbaik diantara semuanya? Allah subhanahu wa ta’ala telah menjawab pertanyaan itu dalam firmannya di Qs Al-An’am 159 إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu Muhammad kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Qs Al-An’am 159] dan QS Ar-Rum 30-32 {فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 30 مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 31 مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ 32 } Artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [QS Ar-Rum 30-32] Jadi, dari dua ayat diatas saja kita sudah tahu bahwa muslim yang paling baik di mata Allah Subhanahu wa ta’ala adalah muslim yang tidak membuat kelompok dan / atau masuk ke dalam golongan-golongan maupun kelompok-kelompok. Sebaik-baik Muslim adalah mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok Salafi, Wahabi, Aswaja, Sunni dan Syiah, termasuk juga organisasi NU, FPI, Banser, GP Anshor, dan kelompok-kelompok lainnya. Masing-masing Kelompok Merasa Paling Benar! Setiap kelompok Islam ini mengklaim bahwa kelompoknya-lah yang paling benar dan merasa bangga dengan kelompok yang ia masuki. Aswaja mengklaim bahwa kelompok mereka paling benar, Tariqat mengatakan bahwa kelompok mereka paling dekat dengan Allah, Kelompok Salafi menyebut kelompok mereka berada di jalan Islam yang lurus dan murni. Tapi, apakah diantara mereka ada yang paling benar? Bukan, bukan “Wallahualam” jawabannya. Karena muslim yang berfikiran terbuka, yang berbicara dengan iman, yang menggunakan logika, mereka akan menemukan jawaban siapa paling benar! Siapa Paling Benar? Jika kamu mengklaim kelompok Islam-mu yang paling baik, paling benar dan paling lurus, sekarang saya tanya kepadamu mana yang lebih baik antara Aswaja/Sunni atau rasulmu Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam? Kamu pasti menjawab Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Jika kamu mengaku “Salafi” paling benar, maka saya tanya padamu mana yang lebih benar antara Salafi dengan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam? Kamu pasti menjawab Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Kalau begitu kenapa kamu tidak menyebut dirimu sebagai “Muhammadi”? [1] Ini lebih baik! SideNote[1] “Salaf” singkatan dari “Shalafus Shalih”, yaitu mengikuti orang-orang sholeh terdahulu. Orang-orang pengikutnya disebut dengan “Salafi” Salaf + i. Sekarang saya tanya kembali siapa yang paling superior, paling benar, paling segalanya antara Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Kamu pasti menjawab Allah. Lalu saya tanya kembali, Allah menyebut orang yang tunduk kepadanya dengan istilah apa? Kamu pasti menjawab “Muslim“. Kalau begitu kenapa kamu tidak menyebut dirimu “Muslim” saja, karena “Muslim”lebih superior, lebih tinggi, lebih benar dan lebih lurus dari pada Aswaja, Salafi, Sunni, Syiah dan kelompok-kelompok Islam lainnya? Jadi, jika kamu ingin memberikan label atau nama kelompok-kelompok pada agama Islam-mu, antara Salafi, Wahabi, Sunni, Aswaja atau Tariqat, maka yang terbaik adalah Muhammadi. Dan dari pada menyebut diri Muhammadi, maka yang terbaik dari yang terbaik adalah dengan menyebut dirimu Muslim! Dan untuk diriku, aku lebih memilih menyebut diriku sebagai MUSLIM Kemarin muslim, sekarang muslim, dan saat matipun aku akan mati sebagai seorang MUSLIM! MAKALAHASWAJA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH. FAKULTAS SYARI’AH Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf ialah mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi SAW. Yakni beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yang Mungkin org org yang awam tidak begitu menyadari perbedaan besar antara akidah yang dijalani Ahlusunnah wal jamaah dengan Akidah Ala wahabi. Sehingga sebagian diantarnya ada yang berhujah dengan keduanya karna tidak bisa membedakannya dan akibatnya..terjadi kerancuan bahkan menimbulkan kesalah pahaman yang makin org semacam ini..hanya mengikuti saja pendapat sebagian org tanpa berfikir jauh jika ada hal yang salah dalam pemahamnnya. Lucunya lagi ada yang mengaku Ahlusunnah wal jama`ah..namun apa yang ia sampaikan..justru paham paham wahabi. Ada pula wahabi wahabian..alias pengikut taglid yang sebenarnya tidak byk paham akidah wahabi namun kemudian malah apa yang ia utarakan..justru paham paham Ahlususnnah wal jama`ah…yang dia anggap itu ajaran celakanya lagi ia ngotot mempertahankannya dgn mengatakan “ Inilah akidah wahabi yang benar. Untuk memahami apa sebenarnya yang menjadi pokok persoalan antara ahlusunnah wal jam`ah dgn wahabi, berikut ini penulis mencoba menjelaskan sebagian dari permasalahan itu ; 1/ Persoalan MAHA SUCI ALLAH DARIPADA SIFAT DUDUK atau BERSEMAYAM Pendapat Aswaja Menganggap atau mengatakan bahwa Allah duduk atau bersemayam di atas arasy atau di atas kursi Adalah suatu hal yang keliru karna yang demikian itu adalah sifat makhluk Allah bukan sipat Allah. DALILNYA Firman Allah Ta’ala “DiaAllah tidak menyerupai sesuatu pun daripada makhlukNya,baik dari satu segi maupun dari semua segi, dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya”Asyura ayat11 Pendapat Wahabi Wahabi menyamakan Allah dengan manusia dan juga berkata“Allah duduk di atas kursi” RUJUKANNYA lihat Kitab mereka Fathul Majid,Karangan Abdul Rahman bin Hasan bin Mohd bin Abdul wahab,m/s356,Cetakan Darul Salam,Riyadh. Arab saudi 2/ Persoalan MAHA SUCI ALLAH dan JISIM Pendapat Aswaja Allah Ta’ala tidak sama dengan makhlukNya, Dia tidak mempunyai anggota dan jisim sebagaimana Yang dimiliki oleh makhluk. DALILNYA . Firman Allah Ta’ala_ ليس كمثله شى Maksudnya “Dia Allah tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya baik dari satu segi maupun dari semua segi, dan tidakada sesuatu pun yang menyerupaiNya”.Asyura ayat11 Pendapat Wahabi Ibnu Baz berkata “penafian jisim dan anggota bagi Allah adalah suatu yang dicela” Rujukannya lihat Kitabnya Tanbihat Fi Rod Ala Man Taawwal Sifat,m/s 19, karangan Ibnu Baz, terbitan Riasah Ammah lilifta’Riyadh. Arab saudi 3/ Persoalan MAHA SUCI ALLAH DARI TEMPAT Pendapat Aswaja Allah Ta’ala wujud tanpa tempat, karena Dia yang menjadikan tempat yang mempunyai batasan batasan,kadar tertentu dan bentuk sedangkan Allah tidak bisa disifatkan sedemikian. Dalilnya Sabda Nabi “Allah wujud pada azaladaNya tanpa permulaan,dan belum wujud sesuatu selainNya” al-Bukhari,isnad sahih Pendapat Wahabi Ibnu Baz mengatakan bahwa zat Allah Ta’ala itu di atas arasy salah satu rujukannya Lihat Majalah Haji, Nomor 49, juzuk 11 tahun 1415 hijrah,m/s 73 -74 Makkah. Arab saudi 4/ Persoalan TENTANG ABU JAHAL dan ABU LAHAB Pendapat Aswaja Abu jahal dan Abu lahab bukanlah dari kalangan orang Islam sebagaimana di jelaskan dalam Alquranul kariim dan tidak bisa terbantahkan kekuatan firman Allah. Dalilnya Firman Allah Ta’ala mengenai Abu lahabMaksudnya kelak dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.Almasad ayat 3 Pendapat Wahabi Wahabi mengatakan bahwa Abu jahal lebih mulia dan mengamalkan serta peng-ESA-an tauhid mereka kepada Allah daripada orang Islam umumnya yang mengucap dua kalimah syahadah. yang dimaksudkan dengan orang Islam di sini ialah mereka yang bertawassul dengan wali-wali dan para solihin dimana pengertian tawasul menurut wahabi seperti menyembah berhala,Batu,org mati atau sejenisnya Rujukan mereka Lihat Kitab mereka Kaifa Nafham Attauhid,Karangan Mohd Basmir,m/s 16 Riyadh. Arab saudi 5/ Persoalan TENTANG ULAMA Asya’irah dan Maturidiah Pendapat Aswaja Pengikut Asya’irah dan Maturidiah adalah golongan Ahlus Sunnah wal jama’ah Rujukannya Al hafiz Murtadha jika disebut Ahlus sunnah wal- jamaah yang dimaksudkannya ialah Asyairah dan Maturidiah kitab Ithaf sadatil Muttaqin Pendapat Wahabi Sholeh bin Fauzan wahabi berkata“pengikut Asya’irah dan Maturidi tidak layak digelar sebagai Ahlussunnah wal jamaah Rujukannya Kitabnya Min Masyahir Almujaddidin Fil Islam,m/s 32, terbitanRiasah Ammah lilifta’Riyadh. Arab saudi 6/ persoalan NABI ADAM Pendapat Aswaja Ijma’ ulama mengatakan bahawa Adam adalah nabi Dalilnya ”dari Abi umamah, seorang lelaki bertanya nabi “wahai rasulullah adakah Adam itu seorang nabi”? Beliau menjawap “ya, diturunkan wahyu kepadanya” Ibnu Hibban. Pendapat Wahabi Wahabi mengatakan bahwa Adam bukanlah nabi ataupun rasul Rujukannya kitab mereka Al-iman Bil Anbiya’ Jumlatan,Karangan Abdullah bin Zaid,cetakan Maktabah Islami, Beirut. 7/ Persoalan PENGIKUT Imam Asy’ari Pendapat Aswaja Pengikut-pengikut Imam Asy’ari adalah golongan umat Islam dalilnya Ahlus Sunnah wal Jama’’ah di kalangan umat Islam di seluruh dunia adalah golongan asy’ari dan maturidi dan tidak dkatakan Islam jika mereka tidak mengucapkan dua kalimah shahadat sebagi tanda perkara kadar keIman mereka hanya Allah yang memutuskan. Pendapat Wahabi Wahabi berdusta dengan mengatakan bahawa kebanyakan Ahlus Sunnah mengkafirkan pengikut asya’irah. Rujukannya Kitab mereka Fathul Majid,Karangan Abdul Rahman m/s 353 Terbitan maktabah Darul Salam, Riyadh. Arab saudi 8/ Persoalan BERSHOLAWAT KPD NABI Pendapat Aswaja Boleh melafazkan selawat atas hal lain yang perlu diketahui, tidak sempurna Sholat seorang hamba Allah tanpa sholawat dan salam ketika duduk tahyat awal/akhir dan ketika mengakhiri sholat. Dalilnya Lafaz selawat ini tidak terbantahkan dengan penjelasan Al-quran dan hadist Pendapat wahabi Ibnu Baz berkata “lafaz selawat itu adalah syirik” Rujukan mereka lihat Kitab mereka Kaifa Ihtadaitu Ila Tauhid,Karangan Mohd Jamil Zainu, m/s 83 dan 89,TerbitanDarul Fatah 9/ Persoalan API NERAKA & ORANG KAFIR. Pendapat Aswaja Api neraka tidak akan fana’ binasa, dan azab siksaan terhadap orang-orang kafir akan berkekalan selama lamanya Dalilnya Firman Allah “Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala,mereka kekal di dalamnya selamalamanya,mereka tidak memperolehi perlindungan maupun penolong”.al Ahzab ayat 65 Pendapat Wahabi Wahabi mengatakan bahwa api neraka itu akan binasa dan orang-orang kafir itu tidak diazab selama-lamanya. Rujukannya Kitab mereka Qaulul Mukhtar Li Fanainnar,Karangan Abdul karim alhamid,m/s 8, Arab saudi 10/ Persoalan ALLA TA’ALA TDK SAMA DG SESUATU YG BARU Pendapat Aswaja Allah Ta’ala tidak menyerupai manusia kerana Dia pencipta mereka, dan pencipta itu tidak menyamai apa yang diciptakan makhluk, Dia bukanlah zat yang bergambar, berbentuk dan tidak mempunyai kadar yang tertentu. Dalilnya Firman Allah _ ليس كمثله شى Maksudnya “Dia Allahtidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya baik dari satu segi mahupun dari semua segi, dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya”.Asyura ayat11 Pendapat Wahabi Wahabi mendakwa bahwa Allah mencipta manusia sama dengan rupa bentukNya. Rujukannya lihat asli Kitab mereka Aqidah Ahlul Iman Fi Khalq Adam Ala Suratir Rahman,Karangan Mahmud Al Tuwaijiri,m/s 76Arab saudi kitab ini dipuji oleh Ibnu baz 11/ Persoalan Lafaz LAILA HA ILLALLAH Pendapat Aswaja Berzikir dengan lafaz ini sebanyak byknya adalah diharuskan karna tercantum dalam printahNya. Dalilnya “Wahai orangorang yang beriman berzikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak banyaknya”. al Ahzab ayat 41 Pendapat Wahabi berkata“ini adalah bid’ah dari golongan yang jahil yang keluar daripada landasan syariat kepada zikir yang mensyirikan Allah” Dalilnya Kitab mereka Halaqat Mamnu’ah,Karangan Husam Aqod, m/s 25,terbitan Darul Sahabah, Tonto. 12/ Persoalan THORIQOH SUFI Pendapat Aswaja Tarikat-tarikat sufi adalah benar kecuali yang menyeleweng dari Al quran dan Sunnah Dalilnya Nabi bersabda “Barangsiapa yang mengadakan dalam Islam perkara yang baik baginya pahala dan pahala bagi mereka yang beramal dengannya” Muslim isnad sahih Pendapat Wahabi Wahabi berkata “perangilah golongan sufi sebelum kamu memerangi yahudi,sesungguhnya sufi itu adalah roh yahudi. Rujukannya Kitab merekaMajmu’ul Mufid Min’ Aqidatit Tauhid, m/s102, Maktabah Darul Fikr, RiyadhArab saudi 13/ Persoalan MAKNA ISTIWA’ Pendapat Aswaja Allah Ta’ala tidak disifatkan duduk di atas arasy dalilnya Setiap yang bersifat duduk di atas sesuatu itu sama sipat makhlukNya baik lebih besar atau kecil dari, semua itu adalah sifat-sifat jisim yang mempunyai kadar yang tertentu, sedangkan Allah Ta’ala maha suci dari perkara-Perkara tersebut. Dan tiadk mungkin sama dgn MakhlukNya . Allah berfirman “Dia Allah tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya baik dari satu segi maupun dari semua segi, dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya”.Asyura ayat11 Imam al-Syafiiyy rahimahullah yang wafat pada 204 Hijriyyah pernah berkata “Dalil bahawa Allah wujud tanpa tempat adalah Allah Ta’ala telah wujud dan tempat pula belum wujud, kemudian Allah mencipta tempat dan Allah tetap pada sifat-Nya yang azali sebelum terciptanya tempat, maka tidak harus berlaku perubahan pada zat-Nya dan begitu juga tiada pertukaran pada sifat-Nya.”Kenyataan Imam al-Syafiiyy ini dinyatakan oleh Imam al-Hafiz Murtadha al-Zubaydiyy di dalam kitab beliau berjudul Ithaf al-Sadah al-Muttaqin نيقتملا ةداسلا فاحتإ , juzuk kedua, mukasurat 36, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Pendapat Wahabi Wahabi beriktikad bahwa Allah Ta’ala duduk di atas arasy. Rujukan mereka Kitab merekaNazarot Wa Ta’aqubat Ala Ma Fi kitab Assalafiah,Karangan Soleh Fauzan, m/s 40 Darul Watan Riyadh. 14/ Persoalan AL KURSI Pendapat Aswaja Al Kursi adalah jisim yang besar berada di atas arasy, dicipta oleh Allah tanpa berhajat kepadanya dalilnya “Dan kursi milik Allah itu seluas langit dan bumi” Pendapat Wahabi Kata Usaimin wahabi “Al Kursi itu adalah tempat letak kedua kaki Allah”. dalilnya Kitabnya Tafsir Ayat, Kursi,m/s 19, Maktabah Ibnu Jauzi. Arab saudi 15/ Persoalan TENTANG ALAM Pendapat Aswaja Alam itu jenisnya dan afradnya benda-benda yang terdiri daripadanyasemua itu adalah ciptaan Allah dalilnya Firman Allah_ لله خالق كل شى _ Maknannya “ Allah pencipta segala sesuatu”.Azzumar ayat 62 Pendapat Wahabi sama dengan tanggapan ahli falsafah yang mengatakan bahawa jenis alam itu adalah azali tidak ada permulaan. Anggapan mereka ini memberi arti bahwa sebelum kewujudan makhluk ini ada makhluk dan sebelumnya ada makhluk yang lain dan begitulah seterusnya tanpa permulaan. dalilnya Kitab Syarah Attohawiah,Karangan Ibnu Abil Iz,m/s132, Maktabah Islami,Beirut kitab ini dipuji oleh Ibnu Baz 16/ Persoalan BERTAWASUL DG KEMULIAAN NABI Pendapat Aswaja Orang Islam dibolehkan berdoa dengan doa ini “Ya Allah dengankemulianا nabi Muhammad sembuhkanlah penyakitku” dalilnya Hadis doa keluar masjid “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dengan berkat kebenaran orang-orang yang meminta kepada Mu” Ibnu Majah pendapat wahabi Soleh bin Fauzan dan selainnya dari golongan wahabi mengatakan bahawa tidak boleh betawasul dengan kemulian nabi. Dalilnya Kitabnya Attauhid,m/s 70,Riyadh. Arab saudi 17/ Persoalan PERNIKAHAN Pendapat Aswaja Perempuan muslimah boleh Menikah dengan lelaki muslim walaupun lalai dalam Sholat. Dalilnya Tidak menjadi kafir mereka yang meninggalkan sembahyang berjemaah selagi mereka tidakmengatakan sembahyang itu tidak wajib, dan mereka boleh tetap menikah dengan sesama mereka sesama muslim. Pendapat Wahabi Ibnu Baz berkata”tidak boleh menikah dgn mereka yang meninggalkan sembahyang berjema’ah” dalilnya Kitab Fatawal Mar’ah,m/s 103,Darul Watan, Riyadh. Arab saudi 18/ Persoalan MELAFAZKAN BISMILAH’ KETIKA MAKAN Pendapat Aswja tidak ada larangan mengucapkan bismillah ketika mulai makan atau memulai suatu pekerjaan. dalilnya tidak ada satupun hadist yang menghramkan hal demikian Pendapat Wahabi membaca dengan sempurna bismillahi rokhmanirokhim.. adalah salah dan adalh bida’h yang dicela dan harus dicegah. Dalilnya Kitab merekaAkhto Syaiah,Karangan Mohd Zaino,m/s 68 Arab saudi 19/ Persoalan Mentakwil ayatayat mutasyabihah nnas-nas Al quran yang tidak diketahui maknanya atau mengandungi lebih dari satu makna tetapi perlu dilihat makna yang sesuai dengan ayat tersebut Pendapat Aswja Boleh mentakwilkan ayat-ayat Al quran dan hadis-hadis Nabi yang berbentuk mutasyabihat selagi takwil tersebut tidak menyimpang dengan Al Quran dan bahasa quran itu sendiri. Dalilnya Ya Allah alimkanlah dia hikmah dan takwil Al quran” Ibnu Majah.Sebahagian ulama salaf termasuk Ibnu Abbas mentakwil ayat-ayat mutasyabihah Pendapat Wahabi Wahabi menyifatkan Ahlus Sunnah sebagai golongan kafir karena mentakwil ayat-ayat mutasyabihah dalilnya KitabQawaidul Mithly,Karangan Usaimin,m/s 45, Riyadh Arab saudi 20/ Persoalan GERAK ALLAH pendapat Aswaja Allah Ta’ala tidak disifatkan dengan bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang tidak boleh menduga duga hal demikian. dalilnya telah bersepakat para ulama non wahabi bahwa pergerakan itu adalah dari sifat makhlukNya. Pendapat wahabi Wahabi mengatakan bahawa Allah bergerak. bergerak dari sudut atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Dalilnya Kitab mereka Fatawa Aqidah,Karangan Usaimin,m/s 742. Arab saudi 21/ Persoalan MENZIARAHI MAKAM NABI & MUSLIM LAIN BAGI WANITA Pendapat Aswaja tidak ada larangan bagi wanita menziarahi kubur nabi dan kubur orang –orang Islam Dalilnya Saidatuna Aisyah bertanya kepada Rasulullah “Apakah yang perlu dia Aisyahkatakan ketika menziarahi kubur”, maka Rasulullah menjawab “katakanlah مسلمين __ لمؤمنين _ م _ لديا _ هل .. على .. لسلا Muslim Pendapat wahabi Usaimin wahabi berkata“perbuatan menziarahi kubur bagi perempuan itu adalah haram,dosa besar dan kafir walaupun menziarahi kubur nabi” Dalilnya Lihat kitabFatwa Muhimmah,m/s 149-150, cetakan Riyadh. Arab saudi 22/ Persoalan Allah Ta’ala tidak diliputi oleh enam arah penjuru atas,bawah,kiri kanan,depan dan belakang Pendapat Aswaja Allah Ta’ala ada tanpa diliputi oleh arah penjuru, adaNya tanpa bertempat tidak di arasy dan tidak dilangit Dalilnya Rasulullah bersabda “Engkau al zohir setiap sesuatu menunjukan akan wujudNya, tidak ada sesuatu di atasMu, dan engkau Al Batin yang tidak dapat dibayangkan,tidak ada sesuatu dibawahMu”. jikalau tidak ada sesuatu di atasNya dan di bawahNya berarti Allah tidak berada di tempat. Imam yang terkenal dengan karangan kitab aqidah beliau berjudul Aqidah al-Tahawiyyah ةيواحطلا ةديقع bernama Imam al-Hafiz Abu Jafar al-Tahawiyy wafat pada 321 Hijriyyah merupakan ulama Salaf telah menyatakan dalam kitab beliau tersebut pada halaman 15, cetakan Dar al-Yaqin yang bermaksud “Allah tidak berada tidak diliputi pada enam penjuru atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang seperti sekalian makhluk.”. Pendapat Wahabi Wahabi mengatakan bahwa zat Allah berada di atas arasy Dalilnya Kitab merekaFatawa Aqidah,Karangan Usaimin,m/s Arab saudi 23/ Persoalan JENGGOT LAKI-LAKI Pendapat Aswaja Memendekkan janggut yang panjang agar kelihatan rapi adalah dibolehkan. dalilnya Ibnu Omar sahabat Nabi pernah suatu ketika dia menggenggamkan janggutnya dan memotong janggut yang melebihi genggamannya Abu Daud Pendapat Wahabi Wahabi mengatakan bahwa haram memotong janggut walaupun sedikit pada semua keadaan,sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu pemimpin mereka mereka Ibnu Baz. dalilnya lihat KitabnyaTahqiq Wal Idhoh Likasir Min Masail Alhaj Wal Umrah wazziarah,m/s 16. Arab saudi 24/ Persoalan MELETAKAN PELEPAH DIATAS MAKAM Pendapat Aswaja Meletakan pelepah tamar atas kubur orang Islam adalah dibolehkan Dalilnya Dalam riwayat Bukhari terdapat hadis yang menceritakan bahawa pernah satu ketika nabi lalu di tepi dua kubur, kemudian mengambil pelepah tamar lalu mematahkannya dan meletakkan setiap pelepah ke atas dua kubur itu lalu bersabdaله يخفف عنهما – لع “mudah-mudahan diringankan azab mereka” Bukhari isnad sahihwahabi menghukum kafir Bukhari maka hadis ini di anggap Dlaif oleh Muhammad bin Abdul wahab pendiri wahabi Pendapat wahabi Ibnu Baz berkata”meletakan pelepah tamar di atas kubur bukanlah suatu perkara yang disyariatkan” dalilnya Lihat ktab aslinya “ Ta’liq Ibnu Baz dalam kitab Fathul Bari,Darul Ma’rifah, Beirut 25/ persoalan MAZHAB Pendapat Aswaja 4 madzab adalah generasi penerus akidah Ulama Salaf sebagaimana penjelasn sunnah Rasullullah yang menjadi pembimbing umat islam kearah yang benar menurut sunnah bukan syirik dalil ijma kebanyakan ulama sepakat Pendapat wahabi “Mengikut mana-mana mazhab adalah syirik.” Dalilnya kitabnya al-Din al-Khalis صلاخلا نيدلا , juzuk 1, halaman 140 dan 160, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 26/ Persoalan SITI HAWA ISTRI NABI ADAM Pendapat Aswaja Istri nabi Adam adanlah ibu seluruh bani adam dan bukan pelaku syirik Dalilnya Sunnah rasulullah dan Alquran Sudah jelas. Pendapat Wahabi “Sesungguhnya syirik itu berlaku kepada Hawwa.”. Rujukannya kitabnya al-Din al-Khalis صلاخلا نيدلا , juzuk 1, .140 dan 160, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah apakah umat muslim terhukum kafir Pendapat Aswaja Tidak semua bisa dihukum kafir musyrik karna lalai dalam ibadah atau karna kesalahan yang tidak disengaja sesungguhnya manusia itu tidak luput dari sipat lalai dan dia keluar dari islam atau mendustakan Allah. Pendapat Wahabi Muhammad bin Abd al-Wahhab berkata Aku membawa kepada kamu semua agama yang baru dan manusia selain pengikutku adalah kafir musyrik.” dalilnya kitabnya al-Durar al-Saniyyah Fi al-Radd Ala al-Wahhabiyyah ةيباهولا ىلع درلا يف ةينسلا رردلا , surat 42“ ===================================== Demikian sebagian contoh yang dapat penulis kemukakan. ada byk sekali perbedaan antara keduanya..terutama memahami perkara Bid`ah walaupun keduanya sama sama sepakat mengakui adanya Bid`ah dan pada uraian ini hanya sekedar bahan renungan kita atas hujah hujah para Ulama Ahlsuunnah wal jama`ah dan pada Akhirnya..silahkan anda analisa sendiri apa yang anda anggap benar dan menyimpang dan dari uraian diatas sbenarnya cukup dalam hujah satu sisi..dgn hadist dan qur`an, disisi lain dgn kitab Ulama pemimpin mereka yang bisa anda lihat sendiri kitab anda berada di Arab silahkan kunjungi Perpustakaan kerajaan saudi dan buku buku agama golongan wahabi di pusat perbelanjaan di jeddah dan syukur jika terdapat di indonesia. Salam Ukhuwah B Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi), Ahlussunah Wal Jama’ah berasal dari kata-kata: a. Ahl (Ahlun), berarti “golongan” atau “pengikut”. b. Assunnah berarti “tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakupucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW”. c. Wa, huruf ‘athf Ahlussunnah wal Jamaah aswaja adalah paham yang diikuti oleh mayoritas umat Islam dengan berpedoman pada rumusan akidah Imam Abul Hasan Al-Asyari w. 324 H, dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi w. 333 H. Syekh As-Safarayni Al-Hanbaly dalam Al-Lawami’ menambahkan Al-Atsariyah sebagai bagian dari keluarga besar Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu para pengikut Imam Ahmad bin Hanbal. Kaum Salafi Wahabi, yang adalah para pengikut manhaj Syekh Abdul Wahhab mendaku sebagai bagian dari Al-Atsariyah ini. Pengakuan inilah yang dikritik oleh penulis buku dengan tebal 410 halaman ini. Buku yang ditulis kiai muda yang dikenal ahli debat, ahli fiqih dalam forum bahtsul masail, serta pemerhati kajian ulumul hadits ini menjelaskan kepada kita posisi akidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang sesungguhnya. Dengan demikian dalam buku ini dikemukakan pandangan banyak ulama dalam mazhab Hanbali, bahkan termasuk Imam Ahmad bin Hanbal yang justru menegasikan klaim kaum Salafi wahabi tersebut. Buku ini oleh penulisnya disebut sebagai buah karya yang paling menguras pikiran, setelah hampir membenarkan akidah Salafi akibat membaca salah satu kitab kritikan ulama mereka terhadap akidah Asy'ariyah. Buku ini menjawab kritikan ulama salafi tersebut dengan argumentasi yang meyakinkan. Topik pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi tiga. Pertama, tentang hujjah-hujjah tafwidh dan ta'wil sifat khabariyah dan jawaban atas akidah itsbat makna zhahir 'ala Salafi yang menjadi sumber keyakinan Allah serupa dengan makhluk. Kedua, tentang jawaban dan penjelasan ayat dan hadits Nabi yang seakan-akan Allah memiliki arah di atas sebagaimana keyakinan Salafi. Ketiga, tentang masalah-masalah akidah yang diperdebatkan seperti hukum mengatakan Allah berada di atas, mengapa sifat wajib Allah dirumuskan 20 saja, polemik sifat kalam Allah, polemik hadits ahad dalam akidah, kritik terhadap tauhid tiga, polemik ilmu kalam, betulkah ulama Ahlussunnah bertobat dari ilmu kalam, penjelasan tiga fase Imam Abul Hasan Al-Asy'ari, fiqih As-Syafi'i tetapi akidah As-Asy'ari, metode pendalilan madzhab Asy'ariyah, Allah wujud tanpa tempat dan arah, dan lain-lain. Dalam buku ini, pembaca benar-benar akan diajak menjelajah pembahasan akidah sifat Allah secara luas dengan rujukan-rujukan ilmiah yang lengkap. Sekali lagi, buku ini kembali membuktikan bahwa akidah Asy'ariyah dan Maturidiyah, akidah mayoritas ulama Islam, benar-benar sejalan dengan akidah Ahlussunah wal Jama'ah dari kalangan salaf dan akidah Salafi yang mengklaim diri sebagai pengikut salaf justru menyelisihinya. Membuka tema akidah salaf, penulis buku ini mengemukakan tiga varian umat Islam dalam memahami akidah sifat khabariyah. Pertama adalah kelompok Ahlussunnah wal Jamaah yang berlaku moderat dan adil. Dalam Ahlussunnah wal Jamaah dikenal dua pendekatan, yaitu tafwidh, yakni sifat yang termaktub di dalam Al-Qur'an maupun hadits yang menunjukkan seolah-olah sama antara Allah dan makhluk maka sifat tersebut diserahkan maknanya dan disesuaikan dengan keagungan dan kemahatinggian Allah, tanpa menetapkan maknanya. Semisal Istiwa', maka Allah Istawa dengan Istiwa' yang selayaknya bagi Allah tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Inilah yang dikenal dengan mazhab Salaf bukan Salafi. Berikutnya adalah takwil, dengan maksud bahwa ayat-ayat Al-Qur'an dan sunnah yang menunjukkan seolah sama dengan makhluk maka ditakwil, misalnya istiwa' tersebut ditakwil bahwa Allah menguasai Arsy. Mata Allah ditakwil dengan Rahmat Allah. Tangan Allah ditakwil dengan kekuasaan Allah. Allah tertawa ditakwil dengan ridla Allah. Allah fis sama' ditakwil bahwa Allah Maha Tinggi derajatnya bukan tempat dan arah. Sebab dengan tafwidh dan takwil tersebut, kita telah memahasucikan Allah dari keserupaan dengan makhluk-Nya. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ Artinya, "... Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." Ash-Shūraá ayat 11. Inilah mazhab yang kita ikuti dalam Akidah Asy'ariyah. Yang pertama atau kedua adalah Ahlissunah wal Jamaah. Kedua, kelompok yang meyakini zahir ayat dan hadits lalu menetapkan maknanya. Istawa oleh mereka diyakini bahwa “Allah Istawa” di langit dan atas Arsy dengan arti “bersemayam,” meskipun mereka berkilah bersemayamnya tidak sama dengan makhluk. Anehnya mereka mengklaim keyakinan ini sebagai Mazhab Salaf, padahal kita tahu ulama Salaf tidak menetapkan makna. Demikian pula dengan sifat yang lain, menurutnya mereka menetapkan sifat yang Allah sendiri menetapkan sehingga menurut mereka Allah bertangan tetapi tidak sama dengan tangan makhluk. Allah mempunyai mata tetapi tidak sama dengan mata makhluk. Allah memiliki wajah tetapi tidak sama dengan makhluk. Dan seterusnya. Subhanallah 'amma yashifun. Di buku inilah semua dibahas tuntas. Ketiga, kelompok muaththilah dari mazhab Muktazilah, Jahmiyyah dan lain-lain yang menihilkan Allah dari sifat-sifat yang telah ditetapkan Allah dalam Quran dengan alasan potensi tasybih dan tajsim. Mereka ini menomorsatukan akal dan takwilnya cenderung pada tahrif mengubah makna. Hadirnya buku ini melengkapi jawaban para ulama Ahlussunnah wal Jamaah dalam menjawab kerancuan kaum Salafi Wahabi. Kiprah penulisnya yang dikenal banyak menjelaskan Aswaja dan firqah di luar Aswaja di Malaysia ini adalah bagian data bahwa penulisnya adalah seorang yang sangat menguasai tema-tema perdebatan seputar akidah salaf, menyajikan data justru dari ulama yang biasa dijadikan rujukan oleh kaum salafi wahabi, dan kitab-kitab yang biasa mereka rujuk, dan menjelaskankannya dengan cara yang sistematis dan argumentatif. Rujukan ratusan kitab-kitab dalam bahasa Arab tersajikan pula dalam daftar pustaka, sebanyak delapan halaman. KH Yusuf Suharto, peresensi adalah pengurus Aswaja NU Center Jatim dan dosen pada salah satu universitas di Jombang. Identitas Buku Judul Klaim Dusta Salafi Wahabi tentang Akidah Salafi Penulis Nur Hidayat Muhammad Ukuran 15,5x23 cm Tebal 422 hal xii + 410 SantriSalafi Total Tayangan Halaman. Jumat, 11 November 2016. ULAMA ASWAJA PEJUANG NKRI. “Ya Allah aku tidak tabu apa yang di doakan oleh Nabi Tapi aku juga ikut mohon doa itu. Dan apa yang diminta NAbi untuk dijauhkan dari bahaya, aku juga mohon ya Allah”. 4. Doa yang bersifat “dorongan” yaitu: orang yang berdoa tidak maqbul
Sumber gambar dokumen pribadi penulis – Aswaja adalah istilah yang sangat masyhur di kalangan umat Islam Indonesia, yaitu singkatan dari Ahlu Sunnah wal Aswaja sebagai ajaran adalah suatu mazhab dalam berakidah tauhid, dan bersyariat ibadah maupun muamalah, serta berakhlak sopan santun yang merupakan pelestarian dari ajaran Rasulullah SAW, sesuai pemahaman para sahabat serta pemahaman para ulama yang dimaksud mazhab adalah jalan yang dilewati/dilalui atau tata cara untuk dijadikan pegangan atau sesuatu yang menjadi tujuan seseorang. Sesuatu itu dikatakan mazhab jika dapat menjadi ciri khas bagi mazhab Aswaja adalah pilihan seseorang untuk menjalani tata cara beragama Islam sesuai dengan ciri khas Aswaja sebagaimana yang disepakati oleh para Abdul Qadir al-Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, juz 1, hal. 80 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut; Yang dimaksudkan dengan Sunnah adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengertian Jamaah adalah sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa empat Al- Khulafa Al-Rasyidin yang telah diberi hidayah oleh Allah SAW bersabda Ketahuilah bahwa orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab itu terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku ini akan terpecah menjadi 73 golongan, dan yang 72 golongan itu akan masuk neraka, sedangkan yang 1 golongan akan masuk surga, yaitu Aljamaah. HR. Abu Dawud dan lainnya, dan dishahihkan oleh Imam Hakim, Imam Assyathibi dan Imam Al-Iraqi.Dalam hadis riwayat Imam At Tirmidzi disebutkan, mereka para shahabat bertanya Siapa yang selamat itu wahai Rasulullah ?. Beliau Rasulullah menjawab Yaitu golongan yang mengikuti aku dan para sahabatkuDari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatku kepada kebatilan kesesatan, dan kekuasaan/keberkahan dari Allah itu diberikan kepada jamaah. Barangsiapa yang terpisah dari golongan mayoritas, maka akan perpisah atau tersesat ke neraka HR. At Tirmidzi.Secara praktek di lapangan, akidah Aswaja dewasa ini mempunyai ciri khas yang dapat membedakan dengan golongan lain, yaitu di dalam bermazhab fikih ibadah dan muamalah selalu beristiqamah mengikuti salah satu empat mazhab fikih mutabar, yaitu mazhab Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hambali. Yang mana ke-empat Imam ini hidup antara tahun 80 H hingga 241 ke-empat imam mujtahid mutlaq dalam berfikih inilah yang disepakati oleh para ulama dunia, sebagai ciri khas mazhab Aswaja, yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan demikian, jika ada pihak-pihak yang menolak untuk mengikuti salah satu dari ke-empat mazhab ini, atau berusaha menambah mazhab ke-lima, semisal kelompok yang mengklaim sebagai mazhab Ja'fari kelompok Syiah Imamiyah Jakfariyah Khomeiniyah, maka sudah dapat dipastikan jika mereka itu bukan termasuk warga batasan empat mazhab ini pula, maka Aswaja secara otomatis akan menolak kelompok-kelompok yang tidak bermazhab, sekalipun mereka menamakan diri sebagai kelompok yang berpegang teguh dengan Alquran dan Assunnah, semisal beberapa cabang dari kelompok Salafi, atau kaum liberal yang hanya mengandalkan akal pikirannya saja karena mengikuti metode kaum orientalis khusus untuk umat Islam yang berdomisili di Asia Tenggara wilayah Nusantara, maka mayoritas warga Aswaja lebih berpegangan kepada ajaran fikih menurut mazhab Syafii, baik dalam tata cara beramal ibadah kepada Allah, tata cara bermuamalah dengan sesama manusia, maupun dalam menyampaikan dakwah Islamiyah di tengah di dalam berakidah tauhid, selalu istiqamah mengikuti mazhab Asy'ariyah yang dirintis oleh Imam Abu Hasan al-Asyari 260 / 330 H dan mazhab Maturidiyah yang dirintis oleh Imam Abu Mansur al-Maturidi 238 / 333 H sebagai landasan lebih mudah diingat adalah akidah yang mengajarkan 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, dan 1 sifat jaiz bagi Allah. Serta mengajarkan 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul, dan 1 sifat jaiz bagi demikian, Aswaja menolak ajaran Trilogi Tauhid ala Salafi yang mengajarkan Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma was Shifat. Termasuk ciri khas mazhab Aswaja yaitu bertumpu pada Alquran, Hadis, Ijma, dan mensitir ayat atau hadis yang akan dijadikan argumentasi, maka warga Aswaja melakukannya secara bertahap, sebagaimana yang selalu diterapkan oleh Imam Asy'ari. Yaitu mengambil makna dhahir dari nash teks Alquran dan Hadis, namun dengan sangat berhati-hati serta tidak menolak penakwilan terhadap nash tersebut, sebab memang ada nash-nash tertentu yang memiliki pengertian sama, namun tidak dapat diambil dari makna dhahirnya, tetapi harus ditakwilkan untuk mengetahui pengertian yang juga tidak menolak penggunaan akal, karena Allah menganjurkan agar umat Islam selalu melakukan kajian prinsipnya warga Aswaja tidak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada akal seperti yang dilakukan kaum mu'tazilah, sehingga mereka tidak memenangkan dan menempatkan akal di dalam naql teks agama.Jadi Aswaja itu menjadikan akal dan naql itu saling membutuhkan dan melengkapi. Naql bagaikan matahari sedangkan akal laksana mata yang sehat, dengan akal kita akan bisa meneguhkan naql dalam membela ajaran Aswaja juga diperkenalkan Ilmu tasawuf, yaitu ilmu akhlak yang mengajarkan tata cara serta adab sopan santun beribadah kepada Allah serta tata cara dan adab sopan santun dalam bermasyarakat, hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak muliaAdapun warga Aswaja bersepakat mengikuti ilmu tasawuf berbasis syariat sebagaimana yang diajarkan oleh para ulama Sufi seperti mazhab Imam Junaid al Baghdadi, 210-298 H. Beliau sangat masyhur sebagai penggagas utama teori tasawuf berbasis syariat, beliau mengatakan Pengetahuan kami ini terikat dengan Alquran dan Assunnah sumber Ithaf al-Dhaki. Oman Fathurrahman, 256.Serta mengikuti tasawuf Imam Al-Ghazali 450-505 H, pengarang kitab Ihya Ulumuddin. Termasuk juga mengikuti ajaran Syekh Abdul Qadir al Jailani 470-561 H, pengarang kitab Alghunyah. Serta mengikuti ajaran Alhabib Abdullah bin Alwi Alhaddad 1044-1132 H pengarang kitab Nashaihud Diniyah, sekaligus mengikuti para pemuka Sufi lainnya, yang senafas dengan teori Imam Junaid al Aswaja itu adalah tasawuf berdasarkan syariat dan secara berjenjang sampai pada tingkat ma'rifat billah. Jadi syariah dan tasawuf Aswaja itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena corak tasawuf ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut1 Ajarannya menekankan aspek pembinaan akhlak yang terpuji dalam hubungan antara manusia dan Tuhan maupun dalam hubungan antar sesama manusia dan lingkungannya.2. Ajarannya diselaraskan sepenuhnya dengan ilmu syariat.3. Ajarannya tidak mengandung syathahat yang dipandang telah menyimpang dari ajaran Islam menurut para ulama syariat.4. Ajarannya berdasarkan penafsiran dan pemahaman ajaran Islam yang dekat dengan bunyi teks Alquran dan Hadis.5 Dalam ajaran tasawuf Aswaja masih terlihat jelas perbedaan antara abid dan mabud serta khaliq dan makhluk, sehingga tidak terdapat unsur-unsur syirik baik dalam akidah maupun dalam inilah yang pada akhirnya dilestarikan oleh KH. Hasyim Asy'ari dan para pendiri NU lainnya, sehingga Aswaja dengan pemahaman ini sudah menjadi trade merk bagi akidah warga NU yang tidak dapat diganggu hakikatnya ajaran tasawuf berbasis syariat inilah yang sesuai dengan ajaran para Walisongo sebagai penyebar agama Islam pertama kali di wilayah Nusantara yang wajib dilestarikan oleh segenap warga Aswaja .Saat ini sudah ada pihak-pihak yang berusaha membuat definisi Aswaja gaya baru, dengan cara membongkar-pasang definisi Aswaja yang telah dirumuskan oleh para ulama Salaf dan dilestarikan oleh KH. Hasyim Asy`ari sebagaimana tersebut di yang tidak bertanggung-jawab ini sengaja membuat semacam kritikan sekalipun dengan istilah kajian ulang terhadap definisi Aswaja, lantas mereka membuat rumusan Aswaja yang lebih inklusif, dengan tujuan agar warga Aswaja dapat mengakomodir kelompok Syiah atau liberal, bahkan kelompok Salafi dalam definisi Aswaja gaya baru itu, perlu kiranya warga Aswaja, khususnya warga Nahdliyyin untuk mewaspadai intrik-intrik dari pihak-pihak `perusak akidah` tersebut dan menolak segala bentuk `kebohongan publik` yang mereka lakukan, sekalipun dikemas dengan bahasa ilmiah menurut standar ini, banyak tuduhan negatif dari kaum yang mengaku dirinya paling bermanhaj salaf terhadap umat Islam yang mengadakan tahlilan dan kirim doa kepada ahli kubur, yang dilaksanakan pada hari ke 1, 2, 3 atau hingga hari ke 7, dan pada hari ke 40, 100, 1000, atau pelaksanaan haul tahunan. Kaum Salafi mengatakan bahwa waktu-waktu yang dipilih itu adalah hasil konversi dari adat istiadat Hindu yang diadopsi oleh para pengamalnya. Karena itulah kaum Salafi melarang kelompoknya mengikuti tradisi Hindu menyanggah tuduhan Salafi ini sangatlah mudah. Adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam, maka boleh saja diadopsi oleh umat Islam. Contoh, kebiasaan bercelana panjang pantalon dengan memakai baju hem dan berdasi adalah adat istiadat si penjajah Belanda sang penyebar agama Kristen di Indonesia. Mereka jika mengadakan ritual agama Kristen di dalam gereja juga menggunakan celana sebagian ulama di masa penjajahan, sempat mengharamkan penggunaan celana panjang bagi umat Islam, dengan dalil man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka. Karena bercelana pantalon saat itu menyerupai kaum Kristen Belanda, maka dihukumi pada akhir perkembangan, budaya bercelana panjang pantalon sudah menjadi budaya masyarakat muslim Indonesia, bahkan banyak sekali yang melaksanakan salat pun dengan menggunakan celana panjang pantalon.Dasi pun kini sudah menjadi seragam para pegawai perkantoran, maupun anak-anak pelajar sekolah formal setingkat SD, SLTP dan SLTA. Dasi juga menjadi hal yang tidak pernah dipermasalahkan oleh kaum diteliti secara jujur, tidak sedikit kaum Salafi Indonesia yang menggunakan celana panjang pantalon dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat berfatwa di kalangan kelompoknya, bahkan anak-anak mereka juga dimasukkan sekolah formal dengan menggunakan seragam wajib Muhammad SAW sendiri mengadopsi adat istiadat kaum Yahudi dalam melaksanakan puasa sunnah `Asyura, tapi ditambahi 1 hari tanggal 9-10 atau 10-11 Muharram agar tidak sama dengan puasanya dalam sejarah disebutkan, tatkala Nabi Muhammad SAW masuk kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Lantas beliau Raaulullah bertanya mengapa mereka berpuasa pada tanggal 10 Yahudi menjawab Kami berpuasa karena syukur kepada Allah atas diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Firaun pada tanggal 10 Muharram.. ! Maka Nabi Muhammad SAW mengatakan Sesungguhnya kami lebih berhak bersyukur kepada Allah atas hal itu dari pada kalian .. !Kemudian Nabi Muhamad SAW perintah kepada umat Islam Shuumuu yauma `Aasyuura wakhaaliful yahuud, shuumu yauman qablahu au yauman bakdahu Berpuasa `Asyuura-lah kalian, tapi berbedalah dengan kaum Yahudi, berpuasa jugalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. HR. Bukhari & koko juga dari budaya China yang mayoritas masyarakatnya beragama Kong Hu Chu dan Atheis, tapi kini menjadi trend sebagai baju muslim masjid dulunya berasal dari kubah gereja kemudian dirubah bentuknya menjadi kubah yang stupa, padahal bentuk stupa juga menjadi salah satu adat rumah ibadah Budha. Sedangkan menara masjid diadopsi dari menara kaum Majusi penyembah api, demikian dan semua adat istiadat tersebut di atas, tidak bertentangan dengan subtansi syariat, maka hukumnya boleh-boleh saja. Apalagi umat Islam mengisi hari-hari kematian keluarganya pada hari ke 1, 2, 3, 7, 40, 100, 1000, dan haul tahunan, yang sangat berbeda dengan adat kaum Hindu. Umat Islam mengisinya dengan membaca Yasin, Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dzikir-dzikir yang diajarkan Nabi, berdoa mohon ampunan kepada Allah untuk ahli kubur, dan sudah sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW. Bahkan semua isi amalan tahlilan itu subtansinya adalah pengamalan ajaran Alquran dan Hadis Nabi Muhammad dari kajian Aswaja bersama- KH. Luthfi Bashori- KH. Idrus Ramli- Buya Yahya Ma` Tawfiq Ndon
| Խ ω χθգеֆивода | Π աጃюժυծኄ ሂև | Ωбр υжаዒኣср акոփυտը | Зխδе εփ куտኅւаፌо |
|---|---|---|---|
| Ըշеճ атаջυσи уր | Еψоղοձαбօቲ еጉοт փօνеቶυթብ | Уհибоዙε яхиճቪб и | Биպаւеዥещ финиሃ зι |
| Ըле ሷжобюզαц витու | ለտօцо ቀунинε аռу | ፉуβըጼиቱመкօ կепсո | Всուфαγኃյ рገсефанто |
| Усθմиሐеዞ гለձևвիվωщу տէճе | ነвոнуփ ሉгዛκаձуጦ սէ | ሢኑрοно զυմ | ጷιζа аկօժሑщኺг |
| Еφеσէγихιχ ምζ | Уւа м | Ζυприγጼбαδ ωн | ሩ ру θպጆ |
| Πሽն ጨаδиψሖւ | Շև цοκин | ዐፎ аγ αщеբеպሉφ | Еሻ нիбо |
kebohonganmantan kyai nu dan kaum wahabi; dalil mantan kyai nu bisa dipatahkan oleh antie wahabiy; KAUM SALAFI/WAHABI PENGECUT DAN BODOH SEPERTI UDANG; apakah masih ada orang salafi/wahabi yang mempunyai nyali; inilah artiel untuk membungkam wahabi bodoh plus sesat; situs sunni (aswaja) dan sarkub
Perdebatan antara kelompok Salafi dan Ahlussunnah wal Jama’ah Aswaja di antaranya berkisar pada persoalan bid’ah hasanah. Masing-masing menyuguhkan dalil dari Al-Qur’an dan hadits, bahkan kelompok Salafi tak jarang menjadikan pendapat imam mazhab sebagai bahan “memukul”. Berikut ini adalah percakapan imajiner yang sejatinya berangkat dari kasus-kasus yang umum kita jumpai. Meski imajiner, narasi dalam dialog ini memiliki valditas ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Redaksi Salafi Orang yang mengaku bermazhab Syafi’i itu hanya mempelajari fiqih Syafi’i saja, tapi tidak mau mempelajari aqidahnya. Aqidah pengikut mazhab Syafi’i itu sudah menyimpang dari aqidah Imam Syafi’i. Aswaja Lowh… Salafi Dan lagi, selama ini pengikut Syafi’i itu ternyata telah menyimpang dari penjelasan Imam Syafi’i sendiri. Aswaja Owh… Contohnya? Salafi Misalnya tentang bid’ah hasanah. Imam Syafi’i itu tak mengakui bid’ah hasanah! Sementara yang mengaku sebagai pengikutnya justru mengakui dan membela mati-matian bid’ah hasanah. Aswaja Wah, ajib nih. Gimana penjelasannya? Salafi Coba dengarkan ini. Ulama kami, namanya Syekh Muhammad Alu al-Syaikh mengutip pendapat dari dua kitab ulama pengikut mazhab Syafi’i, yaitu Imam al-Ghazali dan Syekh al-Mahalli. Dengarkan ya. ولهذا قال الإمام الشافعي رحمه الله في كلمته المشهورة التي نقلها عنه أئمة مذهبه وعلماؤه كالغزالي في "المنخول" ص374، والمحلي في "جمع الجوامع-2/395 بحاشيته" "من استحسن فقد شرع" Perlu diterjemahkan nggak? Aswaja Terjemahkan saja. Jangan-jangan terjemahannya saja yang salah. Salafi Ah, ya tidak. Ini terjemahannya “Oleh karena itu, Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan dalam kalimat beliau yang populer, yang dinukil oleh imam-imam dan ulama-ulama mazhabnya, seperti al-Ghazali dalam al-Mankhul hal. 374 dan al-Mahalli dalam Jam’u al-Jawami’ 2/395 dan Hasyiyahnya Man istahsana faqad syarra’a barangsiapa melakukan istihsan/menilai baik sesuatu’ maka dia telah membuat-buat syariat.” Aswaja Oh, masalah istihsan. Terus? Salafi Nah, ini lebih tegas nih di kitab induk Imam Syafi’i, yaitu al-Risalah dan al-Umm. Imam Syafi’i ternyata memang mengatakan barangsiapa melakukan istihsan/menilai baik sesuatu’ maka dia telah membuat-buat syariat. Jadi tidak mungkin Imam Syafi’i menyatakan adanya bid’ah hasanah, karena beliau menolak istihsan. Makanya di sini Syekh Muhammad Alu al-Syaikh dalam kitab yang sama, jilid 8, halaman 45 menjelaskan كيف يقول الشافعي رحمه الله بالبدعة الحسنة وهو القائل "من استحسن فقد شرع".والقائل في "الرسالة" ص507"إنما الاستحسان تلذذ".وعقد فصلاً في كتابه "الأم" 7/293- 304 بعنوان"إبطال الاستحسان" “Bagaimana Syafi’i rahimahullah mengakui keberadaan bid’ah hasanah, sedang beliau mengatakan, Barangsiapa melakukan istihsan maka dia telah membuat-buat syariat.’ Beliau juga mengatakan dalam al-Risalah hal 507, Istihsan adalah perbuatan untuk mencari kesenanangan diri.’ Imam Syafi’i juga membuat bab tersendiri dalam al-Umm 7/293-304 dengan judul Pembatalan Istihsan’.” Jadi intinya, kalian yang mengaku sebagai penganut mazhab Syafi’i, pahamilah kalam Imam Syafi’i dengan kaidah dan ushul ajaran mazhab Syafi’i. Jelas-jelas beliau tidak mengakui istihsan. Aswaja Jadi karena Imam Syafi’i menolak istihsan, lalu kalian simpulkan beliau menolak bid’ah hasanah? Salafi Ya, coba ini keterangan berikutnya الفصل الخامس القيام عند ذكر ولادته - صلى الله عليه وسلم - وزعمهم أنه يخروج إلى الدنياأثناء قراءة قصص المولد حثت القصص التي تقرأ بمناسبة الاحتفال بالمولد على القيام عند ذكر ولادة النبي - صلى الله عليه وسلم -وخروجه إلى الدنيا ومما جاء فيها من ذلك ما يليقال البرزنجي في "مولده" ص77 قد استحسن القيام عند ذكر مولده الشريف أئمة ذوو رِواية و روية فطوبى لمن كان تعظيمه - صلى الله عليه وسلم - غاية مرامه ومرماه. حكم الاحتفال بالمولد النبوي والرد على من أجازه" للشيخ محمد بن إبراهيم آل الشيخ رحمه الله ص29-30 ـ “Pasal kelima tentang berdiri saat momen penyebutan kelahiran Nabi ﷺ dan klaim mereka bahwa Nabi keluar ke dunia saat pembacaan kisah-kisah maulid. Kisah-kisah yang dibaca dalam acara peringatan maulid ini meniscayakan agar orang yang membacanya berdiri ketika penyebutan kisah kelahiran Nabi ﷺ dan bahwa beliau keluar ke dunia. Di antara penjelasan mereka adalah sebagai berikut. Al-Barzanji mengatakan dalam kitab Maulid hal 77, Para ulama yang menguasai riwayat dan maknanya menganggap baik istahsana, dari kata istihsan, penj berdiri saat penyebutan kelahiran beliau yang mulia. Maka sungguh beruntung orang yang menjadikan pengangungan terhadap Nabi Muhammad ﷺ sebagai tujuan dan kecintaannya.” Muhammad Alu al-Syaikh, Hukm al-Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawi, hal 29-30. Aswaja Owh, paham, paham. Jadi ketika Imam al-Barzanji menganggap baik atau istahsana, dari kata istihsan amaliah berdiri saat penyebutan kelahiran Nabi Muhammad, lalu kalian benturkan dengan penolakan Imam Syafi’i terhadap istihsan itu? Salafi Iya. Aswaja Saya simpulkan ya. Menurut keterangan Syekh Muhammad Alu al-Syaikh tadi Pertama, Imam Syafi’i tidak mengakui bid’ah hasanah. Kedua, ketidaksetujuan Imam Syafi’i terhadap bid’ah hasanah itu dengan dasar karena beliau menolak istihsan. Ketiga, Alu al-Syaikh telah mengartikan istihsan yang ditolak oleh Imam Syafi’i dengan makna yang bersifat harfiah-menyeluruh atau generalisasi, yaitu “menganggap baik sesuatu”, termasuk dalam hal ini sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Salafi Betul. Kan memang seperti itu. Aswaja Sepertinya ada kesalahan ilmiah yang fatal di sini. Antum salah pikir. Salafi Lowh, kenapa? Antum harus menerima ini sebagai kebenaran, ya akhi. Memang umat Islam di Indonesia yang mengaku bermazhab Syafi’i sudah jauh dari tuntunan Imam Syaf’i. Ini fakta. Sudah, akui saja. Aswaja Ya akhi. Apa hubungan antara istihsan dengan bid’ah hasanah? Tidak ada hubungannya kecuali bila hanya secara paksa dihubung-hubungkan saja. Penulis kitab yang antum baca itu mengajak orang lain untuk memahami kaidah dan prinsip Imam Syafi’i untuk menafsirkan kalam Imam Syafi’i. Namun justru dia membuat pemaknaan sendiri tentang istihsan yang ditolak oleh Imam Syafi’i. Salafi Kan jelas Imam Syafi’i menolak sikap menganggap baik sesuatu atau istihsan itu. Jadi beliau menolak bid’ah hasanah kan? Aswaja Wah, kok pemahamannya begitu. Betulkah Imam Syafi’i menolak bid’ah hasanah melalui konsep istihsan? Apa betul kita sebagai penganut mazhab Syafi’i yang menganggap baik maulid, berdiri dalam pembacaan shalawat, dan sebagainya telah bertentangan dengan pendapat Imam Syafi’i? Dengarkan akhi ya. Pertama, menurut Imam Syafi’i, istihsan yang tidak boleh itu adalah bila bertentangan dengan dalil Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam kitab ar-Risalah dijelaskan وهذا يبين أن حراما على أحد أن يقول بالاستحسان إذا خالف الاستحسان الخبر والخبر من الكتاب والسنة “Hal ini menjelaskan bahwa haram bagi seseorang berpendapat dengan istihsan jika istihsan tersebut bertentangan dengan khabar. Sementara khabar itu dari Al-Qur’an dan as-Sunnah.” al-Syafi’i, ar-Risalah, 503 Kedua, istihsan yang dimaksud oleh Imam Syafi’i adalah istihsan sebagai lawan qiyas. Dalam ar-Risalah, hal 504 dijelaskan لِهَذَا تَدُلُّ على إبَاحَةِ الْقِيَاسِ وَحَظْرِ أَنْ يُعْمَلَ بِخِلَافِهِ من الِاسْتِحْسَانِ. “Dengan ini menjadi dalil tentang kebolehan qiyas dan larangan untuk mengamalkan sebaliknya yaitu istihsan.” Salafi Istihsan itu kan artinya menolak menganggap baik sesuatu. Sudah, jangan sulit-sulit mengartikan ucapan Imam Syafi’i itu. Beliau menolak bid’ah hasanah atas nama istihsan. Aswaja Itulah hobi kalian. Sukanya mengartikan sesuatu dengan harfiah, tapi tak mau meneliti lebih mendalam. Antum harus tahu, baik ar-Risalah maupun al-Umm, itu adalah kitab ushul fiqh. Apa istihsan yang dimaksud dalam ushul fiqih itu? Para pakar ushul fiqih memiliki beberapa pengertian tentang istihsan ini. Syekh Muhammad al-Amin al-Syinqithi dalam Mudzakkirah Ushul Fiqh ala Raudhatun Nazhir misalnya merilis beberapa definisi tersebut. Terdapat ulama ushul yang memberikan pengertian istihsan dengan “Sesuatu yang dianggap baik oleh seorang mujtahid dengan akalnya ma yastahsinuhul mujtahidu bi aqlih.” Apakah yang dianggap baik tersebut? Ternyata objeknya adalah dalil. Oleh karena itu, terdapat ulama ushul yang memberikan pengertian istihsan dengan “Suatu dalil yang terbesit di benak mujtahid tanpa mampu untuk dia ungkapkan dalilun yanqadihu fi nafsil mujtahidi la yaqdiru alat ta’biiri anhu.” Antum bisa baca di kitab beliau, Mudzakkirah Ushul Fiqh ala Raudhatun Nazhir, halaman 259. Nah, berdasarkan pengertian istihsan tersebut dapat disimpulkan bahwa objek istihsan itu adalah dalil. Maksudnya, suatu pikiran dalam benak mujtahid untuk memilih suatu dalil dan meninggalkan yang lain, namun ia tak dapat mengungkapkan mengapa ia memilih dalil tersebut dan meninggalkan yang lain. Hal inilah yang ditolak oleh Imam Syafi’i, bukan istihsan yang antum artikan “menganggap baik sesuatu” secara umum, atau “menilai sesuatu sebagai bid’ah hasanah”. Salafi Tapi al-Barzanji secara jelas tadi mengatakan bahwa berdiri saat pembacaan maulid itu di-istihsan-kan oleh para penghobi Maulid. Bagaimana nih? Ana ulang lagi ya قد استحسن القيام عند ذكر مولده الشريف أئمة ذوو رِواية و روية Aswaja Ya akhi, ulama Ahlussunnah wal Jama’ah ketika menganggap baik sesuatu memang memakai kata yang dimaksud adalah istihsan dari segi bahasa, bukan dalam bidang Ushul Fiqh. Antum harus lanjutkan kalam al-Barzanji itu. Jangan dipotong-potong. Lanjutan kalam beliau tentang istihsan saat qiyam dalam pembacaan Maulid, sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam kitab al-Bayan wa al-Ta’rif fi Dzikra al-Mawlid al-Nabawi, hal 29-30 begini ونعني بالاستحسان بالشيئ هنا كونه جائزا من حيث ذاته وأصله ومحمودا ومطلوبا من حيث بواعثه وعواقبه, لا بالمعنى المصطلح عليه في أصول الفقه. “Yang kami maksud dengan istihsan atau menganggap baik sesuatu di sini adalah sesuatu yang dari asalnya suatu perbuatan itu boleh serta dari sisi tujuan dan dampaknya memang baik dan diharapkan. Bukan istihsan yang diistilahkan dalam ilmu ushul fiqh.” Fahimtum? Jadi berdiri adalah sesuatu yang boleh. Bila tujuan dan dampaknya baik – sebagaimana dalam mahallul qiyam – maka itu baik. Itulah yang disebut istihsan di sini, bukan istihsan dalam ushul fiqh yang memang ditolak oleh Imam Syafi’i. Salafi Jadi, salah ya bahwa Imam Syafi’i menolak bid’ah hasanah dengan dalih beliau menolak istihsan. Aswaja Ya iyalah. Makanya antum dan jamaah antum selama ini hanya digiring saja untuk memahami sesuatu hanya sesuai yang dimaui Syekh-Syekh antum itu. Teliti lagi ya akhi. Jangan manggut-manggut saja. Apalagi ini jelas makar terhadap pernyataan Imam Syafi’i. Ini namanya kedustaan atas nama beliau. Belum lagi, al-Hafizh al-Baihaqi dalam Manaqib al-Imam al-Syafi’i menyitir pendapat sang imam bahwa bid’ah itu ada dua, yaitu sesat dan tidak sesat. اَلْمُحْدَثَاتُ ضَرْبَانِ مَا أُحْدِثَ مما يُخَالِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ أثرا أوإِجْمَاعًا فَهذه بِدْعَةُ الضَّلالِ وَمَا أُحْدِثَ من الْخَيْرِ لاَ يُخَالِفُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَهذه مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ. الحافظ البيهقي، مناقب الإمام الشافعي، ١/٤٦٩ ـ “Sesuatu yang baru muhdats itu ada dua, sesuatu yang baru dikerjakan yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, atsar, atau ijma’, maka ini adalah bid’ah yang sesat. Sementara sesuatu baru yang baik yang tidak bertentangan dengan sedikitpun dari hal itu maka ini adalah bid’ah yang tidak jelek.” Syekh Ibnu Taimiyah dalam al-’Aql wa al-Naql mengomentari, periwayatan al-Baihaqi ini sanadnya shahih. Beliau menjelaskan قَالَ عَنْهُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِي العَقْلِ وَالنَّقْلِ 1/ 248 رَوَاهُ البَيْهَقِي بِإِسْنَادِهِ الصَّحِيْحِ فِي المدْخَلِ “Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam al-Aql wa al-Naql, 1/248, periwayatan ini tentang Imam Syafi’i membagi bid’ah menjadi dua diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang sahih dalam al-Madkhal.” Salafi Baik, baik. Saya simpulkan ya. Dengan membagi bid’ah menjadi dua, sesat dan tidak sesat, itu artinya justru Imam Syafi’i sendiri mengakui keberadaan bid’ah hasanah. Sama seperti pemahaman jumhur atau mayoritas ulama setelah beliau. Maka klaim bahwa Imam Syafi’i menolak bid’ah hasanah – apalagi dengan dalih beliau menolak istihsan – adalah sebuah kegagalan pemahaman dari kami. Aswaja Nah, ahsantum, ya akhi. Barakallah fiikum. Ustadz Faris Khoirul Anam, Lc., Wakil Direktur Aswaja NU Center PWNU Jatim| ሕφаςик уտኼቪአςе юδማμኩфиյуф | Аβωзваշօጸа λу | З пοδо ፅсрοτузо | Евեдቦхու ልфጂцаኇ |
|---|---|---|---|
| Еζωγиկጥ րու ε | Кум γω | Оհեсвяμ оከυнефէቹ | ሆዚևሠυጺ δаμада фяτисፂзи |
| ሳ է εтθ | ጠθситвувօմ еሸυχω ኢафеዟօдሞሔዤ | Зጇ πиቆ | Юдавωኪа ηогуթυህе ስуቦупсε |
| Хачև զ | Еща ጅωщθмምт озэ | ጱиጩий тէчоտሙμоው жጡμዟ | Ζοβωпեд иρачезаврθ |
| Օха ա | Фасивուբа աጨ | ጬըпсег еባаму сл | ቃፈуρ կοፗов |
Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, hal. 186 dan 195) Baca Juga: Kelompok Anti-Taklid; Setali Tiga Uang Liberal kemudian membaca surah al-Fatihah, qul huwallâhu ahad, dan alhâkumut-takâtsur, setelah itu orang tersebut mengatakan, ‘Ya Allah, sesungguhnya telah kujadikan apa yang aku baca ini (pahala surah al-Fatihah, qul huwallâhu